Thursday 22 September 2016

Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia? Mau Jadi Apa?

Banyak orang yang menganggap program pendidikan Sastra Indonesia tidak terlalu penting, dianggap sebagai prodi yang kurang menjanjikan untuk prospek pekerjaan. Menurut saya, yang berpendapat seperti itu kurang sadar akan pentingnya "bahasa".
Secara umum, bahasa itu adalah salahsatu kunci dalam menjalankan kehidupan, tanpa bahasa apakah anda dapat membayangkan bagaimana sulitnya berkomunikasi dengan oranglain? sedangkan manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari manusia lain atau tanpa oranglain. Dari bahasa, muncul tulisan yang sekarang saya pergunakan untuk menulis blog ini.
Sastra atau literature dalam bahasa Inggris, memegang peranan penting dan sangat besar pada jalannya proses pendidikan. Terlebih Sastra Indonesia, sangat mengambil andil untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Juga, bahasa merupakan identitas suatu negara.
Alangkah memprihatinkan melihat bahasa Indonesia dewasa ini. Banyak orang asing belajar bahasa persatuan kita, tetapi mengapa minat masyarakat Indonesia itu sendiri tidak tampak?
Lebih menyedihkan, yang lebih paham tentang bahasa Indonesia, tata bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah orang asing, adalah mereka yang bukan merupakan asli orang Indonesia. Mengapa kita lebih bangga menggunakan atau menyelipkan kata asing dalam berbicara dan kadang tidak mengetahui arti dalam bahasa Indonesia dari kata yang sering kita ucapkan itu.
Contohnya, kita lebih sering menyebut "download" ketimbang "unduh", "upload" ketimbang "unggah", "contact person" ketimbang "nara hubung", mungkin sebagian orang tidak mengetahui arti dari bahasa asing yang sering mereka gunakan tersebut karena sudah terbiasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sayang sekali, fenomena seperti itu tidak dianggap serius, karena dianggap tidak terlalu berpengaruh. Tapi, jika dibiarkan terus-menerus, dapat dipastikan beberapa puluh tahun mendatang, bangsa Indonesia akan kehilangan identitas.

Karena menurut saya, menghancurkan suatu negara tidak harus melulu menggunakan bom, serangan senjata, tapi cukup rusak bahasanya, maka akan rusak juga kebudayaannya, dan rusak pula manusianya. Maka lengkap sudah kerusakan negara itu.

Dengan demikian, sastra tidak dapat dianggap remeh, dari sastra, banyak bidang pekerjaan yang menunggu lulusan sastra [yang tentu saja berkompeten] untuk bekerja. Cakupan sastra sangat luas, tidak terpatok pada satu bidang pekerjaan. Terlepas dari itu semua, kita sebagai masyarakat Indonesia, yang hidup di tanah Indonesia punya kewajiban yang sama dalam menjaga, melestarikan, dan mengembangkan bahasa Indonesia. Bukan hanya tugas para ahli bahasa Indonesia, mahasiswa/mahasiswi sastra Indonesia saja. Tapi seluruh rakyat Indonesia. Kita yang diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk mengemban ilmu, mempunyai tugas khusus untuk menyebarluaskan semangat dan rasa bangga terhadap bahasa Indonesia. Jika bukan oleh bangsanya sendiri, oleh siapa bangsa itu akan dijaga?

Thursday 7 April 2016

Hai! Kali ini saya akan berbagi sedikit tentang puisi lama.
Pengertian puisi lama adalah puisi yang terikat dengan rima, atau jumlah baris yang kemudian padat makna. Rima sendiri merupakan bunyi akhiran yang tersusun. Untuk Pantun misalnya biasanya memiliki rima AB, AB dan memiliki jumlah baris yaitu empat. Adapun contoh puisi lama beserta jenis - jenisnya dapat anda pelajari di bawah ini.

Aturan  Puisi Lama
Terikat dengan jumlah baris, apakah 2, 4 atau lebih
Terikat dengan jumlah suku kata
Terikat dengan rima
Terikat aturan jumlah baris pada satu bait
Terikat dengan irama
Ciri - Ciri Puisi Lama
Puisi kerakyatan yang biasanya tidak dikenal siapa pengarangnya atau anonim
Tidak seperti puisi baru, puisi lama tersebar secara lisan sehingga masuk kedalam jenis sastra lisan
Tidak sebebas puisi baru yang sering mengabaikan aturan - aturan, puisi lama terikat pada aturan - aturan seperti persajakan, jumlah suku kata dan lain - lain.

Macam - Macam Puisi Lama

Pantun
Pantun merupakan puisi lama yang memiliki jumlah baris 4 dan terdiri dari 2 baris pertama sampiran dan dua baris terakhir isi.
Ciri - Ciri Pantun :
Memiliki empat baris
Memiliki rima atau persajakan abab
Jumlah suku kata tiap baris adalah 8-12
Dua baris pertama adalah sampiran dan dua baris kedua adalah isi

Contoh Pantun

Jika ada mawar di padang
Kupetik ditengah malam
Wahai putri berwajah terang
Cintamu Membuatku Tenggelam
Mantra adalah puisi atau syair yang dipercaya memiliki kekuatan ghaib.

Ciri - ciri
Memiliki rima abc abc, abcde, abcde
Dipercaya memiliki kekuatan ghaib
Bersifat misterius
Adanya metafora
Adanya perulangan
Bersifat Esoferik

Contoh :
Manunggaling Kawula Gusti
Ya Murubing Bumi
Sirku Sir Sang Hyang Widi
Kinasih kang asih


Karmina
Merupakan puisi lama yang terdiri dari dua baris dan memiliki rima aa atau bb
Ciri - ciri :
Terdiri dari dua baris
Memiliki rima AA, atau BB
Tema bersifat epik atau kepahlawanan
Tidak ada sampiran melainkan semuanya adalah isi
Setiap frasa ditandai dengan koma dan diakhiri dengan titik

Contoh :
Lukamu adalah lukaku, Ditahan di Dalam Kalbu
Tetaplah maju, meski tak tahu yang dituju

4. Seloka
Seloka hampir mirip dengan pantun namun memiliki rima yang berbeda. Dalam hal ini, jumlah baris seloka seringkali lebih dari 4.

contoh :
Nafas Kambing di Padang Senja
Dibawa gerobak buntung
Sungguh indah pandangan syurga
Wahai engkau wanita berkerudung


5. Gurindam
Gurindam adalah  puisi yang  lama yang berisikan 2 baris tap bait, bersajak atau memiliki rima a-a-a-a,sementara isinya nasihat
Ciri-ciri gurindam :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c
 6. Syair
Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita
Contoh :

Ciri-ciri syair
Ø Terdiri dari 4 baris
Ø Berirama aaaa
Ø Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair

Contoh :

Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

7. Talibun
Talibun adalah sejenis pantun namun memiliki jumlah baris yang genap seperti 6, 8, 10 dst.

Ciri-ciri:
Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
 Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh :
Jauh dimata Jangan di Pandang
Jauh Dihati jangan di Sakiti
Jauh DI badan jangan di sentuh
Kalau dosa terus di tambang
Walau mati itu pasti
Tanda hatimu rapuh

Monday 9 February 2015

Budaya Membaca

Membaca adalah satu amalan mulia dan merupakan jabatan ilmu kepada semua manusia. Oleh itu, pelbagai ilmu yang boleh kita perolehi dan pelajari daripada amalan membaca. Dengan amalan membaca sahaja ianya membolehkan pemikiran seseorang itu berkembang dan mempunyai imagenasi yang lebih tinggi untuk bercakap dan mengeluarkan pendapat berbanding dengan orang yang kurang membaca. Menurut Kenedy (1981) membaca adalah"keupayaan seseorang untuk mengencam bentuk visual (lambang-lambang grafik yang mewakili bahasa atau perkataan) yang menghubungkan bentuk intu, atau bunyi makna yang telah diketahui, dan seterusnya berasaskan pengelaman lalu, memahami dan mentafsir maksud".

Meningkatkan minat Baca

Meningkatkan minat baca mau tak mau kini sudah sangat diperlukan. Keadaan dunia yang semakin mengglobal secara tidak langsung telah memaksa kita untuk mempertajam pengamatan kita terhadap informasi-informasi yang beredar. Selain itu, keadaan ini juga telah menuntut kita untuk memperbaiki kualitas diri. Salah satu kunci untuk mencapai beberapa poin tersebut adalah dengan membaca.
Kurangnya minat baca yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia seharusnya mendorong pihak-pihak yang terkait untuk sesegera mungkin memfasilitasi dan menganalisis apa saja yang menjadi penyebab hal tersebut. Dalam hal ini, tentu sangat diperlukan kerjasama antara penulis, penerbit, dan pemerintah dalam pengadaan sumber bacaan. Pertama, penulis diperlukan karena merekalah para pengarang dan pencari sumber informasi yang mempu menuangkan ide-ide dan pengetahuan briliannya untuk disebarluaskan kepada masyarakat. Kedua, penerbit diperlukan untuk memfasilitasi para penulis dalam mempublikasikan karya-karya mereka.  Karena, amatlah sulit bila seorang penulis harus mencetak dan menerbitkan karyanya sendiri kecuali dengan dana yang sangat besar. Ketiga, peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan subsidi buku, terutama buku-buku pelajaran yang sangat dibutuhkan oleh generasi muda bangsa. Hal ini akan lebih baik jika pemerintah memberikan anggaran khusus bagi pemuliaan perpustakaan, karena perpustakaan dapat dijangkau oleh siapa saja dan tentunya lebih efisien bagi mereka yang memiliki dana minim untuk membeli buku.

Sejarah Jurnalistik di Indonesia








Seiring era Reformasi yang dikumandangkan dari Sabang sampai Merauke oleh para Reformis, menggantikan era totaliterisme Soeharto, maka dunia jurnalisme kita mendapatkan angin segar dalam menyampaikan informasi kepada khalayak umum tanpa takut adanya ancaman pembredelan.
Tak kurang dari 32 tahun dunia jurnalisme kita mandul dan harus berfungsi sebagai corong pemerintahan Orde Baru yang jauh dari idealisme pers sebagai kontrol sosial. Bahkan sejak akhir masa kekuasaan Soekarno (orde lama), pun dunia jurnalisme kita telah diarahkan menjadi corong pemerintahan. Di era orde lama, institusionalisme pers yang berkembang adalah bagaimana sebuah lembaga penerbit pers dapat melibatkan diri dalam pertentangan antar partai. Masing-masing media cetak berfungsi sebagai corong perjuangan partai-partai peserta pemilu 1955. Beberapa partai seperti PNI mempunyai Suluh Indonesia, Masyumi mempunyai Abadi, NU mempunyai Duta Masyarakat, PSI mempunyai Pedoman dan PKI mempunyai Harian Rakyat. Jadi fungsi media di era Orde Lama tak lain sebagai media perjuangan partainya masing-masing.
Sejak pencabutan pengaturan mengenai SIUPP dan kebebasan penyajian berita serta informasi di berbagai bentuk pada tahun 1999 disahkan UU Pers No 40/1999. Mulai saat itu dunia jurnalisme kita lepas dari pemasungan yang selama akhir masa Orde lama dan orde baru menjerat demokratisasi pers kita. Tak lama kemudian dalam merayakan kemenangan sistem demokrasi muncul berbagai macam ribuan media massa baik cetak maupun elektronik yang tak terbendung lagi memberikan warna kebebasan dalam dunia jurnalisme kita.

Membaca dengan Efektif

1. POSISI MEMBACA

Jika Anda ingin waktu membaca Anda efektif dan memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap bacaan, jangan pernah membaca sambil berbaring! (kecuali jika Anda sekedar ingin membaca novel atau komik untuk hiburan).
Ambillah sikap yang tepat agar semua isi bacaan bisa masuk sempurna dan bertahan lama dalam ingatan Anda.
duduklah di kursi dengan buku yang diletakkan di meja. Atur jarak mata Anda dengan buku. Idealnya adalah 25-30 cm.

2. TUJUAN MEMBACA

Membaca tanpa tujuan seperti pengembara tanpa arah. Begitu penting membuat tujuan yang jelas dalam membaca karena ia akan membuat hasil membaca Anda maksimal.
Tujuan membaca akan mempermudah otak Anda fokus pada hasil yang ingin Anda dapatkan. Ketika kita mencanangkan tujuan membaca buku sejarah agar hafal nama tokohnya,otak kita akan menangkapnya sebagai perintah untuk berhenti dan memperhatikan tiap nama seorang tokoh muncul. Lain lagi ketika kita membaca buku sejarah dengan niat untuk mengetahui kronologi atau urutan kejadiannya. Otak kita akan menangkap tujuan tersebut sebagai sinyal atau perintah untuk merekam kejadian dalam buku tersebut berdasarkan urutan waktunya.
Apa yang Anda dapatkan dalam membaca sangat dipengaruhi oleh tujuan yang Anda buat sebelum membaca.
Nah, pernahkah Anda menyelesaikan satu buku namun merasa tidak mendapatkan apa-apa bahkan lupa isinya? Bisa jadi ini dikarenakan Anda belum membuat tujuan yang jelas saat membacanya.

Pengaruh Minat Baca terhadap Perkembangan Negara

Rendahnya minat baca masyarakat kita sangat mempengaruhi kualitas bangsa Indonesia, sebab dengan rendahnya minat baca, tidak bisa mengetahui dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi di dunia, di mana pada ahirnya akan berdampak pada ketertinggalan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, untuk dapat mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara tetangga, perlu kita kaji apa yang menjadikan mereka lebih maju. Ternyata meraka lebih unggul di sumber daya manusianya. Budaya membaca mereka telah mendarah daging dan sudah menjadi kebutuhan mutlak dalam kehidupan sehari harinya. Untuk mengikuti jejak mereka dalam menumbuhkan minat baca sejak dini perlu kita tiru dan kita terapakan pada masyarakat kita, terutama pada tunas-tunas bangsa yang kelak akan mewarisi negeri ini.